Tampilkan postingan dengan label Proyek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Proyek. Tampilkan semua postingan

Menggulung Trafo Toroid bekas stavolt

Rabu, 31 Desember 2014 0 komentar

Berhubung dapet rongsokan stavolt 500VA dari kampung, dan kondisinya udah tidak memungkinkan untuk diperbaiki, trafonya gosong kebakar, motornya karatan dan kabelnya banyak yang putus, akhirnya saya putuskan untuk mengambil trafonya. 
Trafo ini rencana mau saya pakai ngembat DX Amp stereo 2x100w yang memerlukan tegangan simetris 35v DC dari 25v AC. Diameter kawat sekunder yang dipilih adalah 1mm yang mampu hingga 5A per rail, jadi total dayanya 5A x 25v x 2= 250VA. Dari daya sekunder tsb dipilihlah kawat primer 0.5mm untuk arus 1.25A, jadi total dayanya adalah 1.25A x 220v= 275VA, anggaplah 25VA adalah rugi daya dalam trafo

Berdasarkan baca-baca di salah satu forum, toroid bekas stavol 500VA membutuhkan 800-an gulungan untuk primernya. Gulungan per voltnya harus dicari secara manual (caranya ada di bawah)


Core stavolt 500VA

Bahan:
Core toroid bekas stavolt 500VA
Kawat email 0.5mm 2 ons
Kawat email 1mm 2 x 1ons
Selotip kertas (masking tape)
Kertas prespan
Kabel 1mm, warna harus berbeda
Aluminium foil atau lembaran tembaga
Selongsong bakar
Timah solder
Waktu dan pikiran :)

1. Tutupi core dengan kertas prespan. 

Kertas prespan disini fungsinya sebagai isolator antara gulungan primer. Untuk perekatnya gunakan selotip kertas, karena kertas lebih tahan panas daripada plastik

2. Menggulung gulungan primer.

Sebelum menggulung kawat, buat alat penggulungnnya dari karton tebal atau tripleks, agar bisa masuk ke lubang di tengah-tengah core. Kemudian gulung searah jarum jam atau berlawanan terserah, yang penting arah gulungan primer dan sekunder sama. Gulungan harus rapat dan rapi, jika tidak trafo akan bergetar jika diberi beban maksimum. Untuk gulungan primernya tidak saya hitung secara pasti, jadinya harus dites dulu gulungan per volt untuk sekundernya

3. Pasang kabel penghubung
Sebelumnya, gosok kedua ujung kawat email dengan ampelas untuk menghilangkan lapisannya. Setelah itu sambung kawat dan kabel menggunakan solder. Untuk isolator dan memperkuat sambungan, gunakan selongsong bakar.

4. Tes gulungan primer

Untuk pengetesan pertama, dengan multimeter, posisikan saklar ke ohm atau buzzer, dan hubungkan ke ujung2 gulungan primer, pastikan tidak putus dan hambatannya tidak nol ohm

Pengetesan kedua, dihubungkan seri dengan bohlam 10w keatas dan hubungkan ke AC 220v, jika bohlam menyala terang maka gulungan short/korslet, jika redup, gulungan masih kurang, jika tidak menyala, gulungan primer sudah siap dan Tutupi gulungan primer dengan selotip kertas dan kertas prespan

5. Tes gulungan per volt

Dari gambar di atas, terbaca 3.13 volt berarti 12 lilitan dibagi 3 (dibulatkan dari 3.13) hasilnya 4 gulungan per volt. Setelah selesai, lepas kembali gulungan tsb dan lanjut ke tahap berikutnya

6. Memasang screen atau shield
Gunakan aluminium foil atau lembaran tembaga dan pasang mengelingi trafo, kemudian beri kabel penghubung yang nantinya akan disambung ke ground chassis atau tanah, selanjutnya tutupi dengan kertas prespan. 
Lapisan ini berfungsi sebagai pelindung dari kebocoran arus AC input dan fluks magnetik yang akan menimbulkan dengung pada amplifier. Lapisan ini banyak ditemukan pada trafo ampli build up atau trafo SMPS pada TV


6. Menggulung gulungan sekunder

Untuk sekunder 25v maka 25v x 4 npv= 100n (n= jumlah gulungan) dan trafo tersebut akan saya jadikan dual secondary maka menggunakan dua kawat yang digulung sekaligus agar tegangan antara rail (+) dan (-) benar benar simetris. Setelah selesai, tes tengangan sekunder, pasang kabel penghubung dan tutup dengan kertas prespan (keliling luarnya saja) dan selotip kertas (ditutup semua)
Untuk gulungan sekunder tambahan caranya sama seperti di atas, tinggal dihitung saja jumlah gulungannya

7. Finishing 
Jika sudah selesai,tutup seluruh permukaan trafo dengan selotip plastik dan beri finishing yang bagus
8. Tes voltase sekunder
Trafo langsung dicolok ke tegangan 220v dan tes tegangan sekunder di masing-masing rail
Sekunder 1

Sekunder 2
Tegangan bisa benar-benar sama karena menggulung 2 kawat sekaligus untuk sekundernya

Dari sekunder trafo 25.5V AC jadi 33.2VDC, dengan beban R bleeder 2k2 2W


9. Tes Beban
Beban yang saya gunakan berupa lampu foglamp 12V 35W 2 buah diseri dan dibebankan langsung ke salah satu sekunder trafo
arus terbaca 3.25A, dan voltase drop ke 23.8V, jadi total dayanya adalah 3.25 x 23.8= 77.35W, dipanjer satu jam trafo agak hangat (entah ini normal atau enggak, saya kurang tahu)

Donat siap disajikan bersama DX Amp, siap disantap hangat-hangat :D

Mungkin anda perlu
http://www.williamsonic.com/WireTable/
http://elektronikakreatif.blogspot.com/2011/03/kekuatan-kawat-email-trafo_14.html



DX Amplifier Classic

Kamis, 25 Desember 2014 0 komentar


Akhirnya setelah meluangkan waktu, saya bisa merakit salah satu ampli rancangan om Carlos Mergulhao. Untuk komponen saya pakai seadanya di laci dan nyabutin dari kit yang nggak kepakai. Untuk skema bisa dilihat di bawah ini

 Ampli ini menganut Linn topology, topologi ini juga yang dianut oleh kit ampli legendaris di Indonesia, yaitu "OCL 150". Transistor 2N5401 sebagai LTP, BD139 sebagai VAS, BD140/BD139 sebagai transistor bias, TIP31/32 sebagai driver dan 2SC5200/2SA1943 sebagai final. 
Ampli ini cukup unik, karena tidak adanya ballast resistor pada kaki emitter transistor final. Komponen yang digunakan sangat mudah didapat, untuk R bias 2k bisa diganti 2k2 atau 1k diseri 2 buah.


Komponen yang saya gunakan semua mengikuti skema, kecuali transistor bias, saya ganti dengan BD140, elco supply saya ganti 1000uF 50v, dan elco feedback tidak saya bypass dengan cap 100nF. 
Kalau dilihat hasilnya gak terlalu buruk, meskipun ini pertama kalinya saya merakit amplifier BJT, dari sebelumnya yang hanya mainan gainclone sama chip amp


Arus bias
Sebelum menyalakan ampli ini untuk pertama kali, rail positif dan negatif saya seri dengan resistor 10 ohm 5W. Jangan hubungkan input dan speaker terlebih dahulu.
Untuk mengatur arus bias, posisikan saklar multimeter ke 2V DC, hubungkan probe (+) multimeter ke (+) PSU dan probe (-) hubungkan setelah resistor 10 ohm yang menuju ke ampli, dan putar trimpot VR3, atur dari 0.8v hingga 1.2v, semakin besar arus biasnya, semakin panas pula transistor finalnya. 


DC offset
Setelah mengatur bias, atur DC offset, caranya hubungkan probe (+) ke speaker out dan probe (-) ke GND PSU, dan putar-putar trimpot VR1 hingga dapat serendah mungkin, dan tidak melebihi 20mV.
Setelah semuanya selesai, lepas resistor 10 ohm, kemudian pasang speaker dan input.

Dengan mengucap Bismillahirohmanirohim... colok input ke laptop dan pencet play.................. dan akhirnya DX Amp by Carlos Mergulhao berdendang juga. 
Baru memainkan 2 lagu dengan volume 70% heatsink sudah panas banget. Baru mau ngambil heatsink yang gedean dikit, kabel rail negatif kesenggol dan terlepas. Akhirnya transistor finalnya puanas banget dan keluar jinnya :D.

Hmmm... DX amp ini kayaknya akan terbengkalai sementara waktu, karena saya banyak orederan. Postingan ini akan saya update lain waktu

Mengganti Kabel Headphone Sennheiser HD 202

Senin, 07 Juli 2014 0 komentar
Awalnya dapet keluhan dari teman yang headphonenya cuma bunyi sebelah, dan setelah saya cek, kedua speakernya masih bunyi semua, dan akhirnya saya memvonis kabelnya. Katanya dibuang sayang, mending diperbaiki lagi, siapa tau dengan kabel bagus, suaranya juga ikut bagus

Pada hari itu juga saya putuskan untuk membeli kabel pengganti, googling sana-sini, nyari info di forum-forum luar. Dan akhirnya saya putuskan untuk menggunakan kabel Canare L2B2AT dan konektor Yongsheng NYS231BG (murmer tapi bagus :D), dan beli online dapat di sini. Harap menjadi catatan, jangan menggunakan konektor mini stereo murahan seharga 3500-an, ukurannya tidak standar, apalagi sering dicabut colok, bisa merusak soket konektor pada perangkat anda

Jangan lupa anda tes dengan multitester, untuk memastikan kanal L dan R, (kabel warna putih atau oranye) dan untuk ground hanya serabut kawat tanpa pelindung
Setelah itu buat Y splitternya, dengan cara: potong kabel sepanjang 25 cm dua buah, dan kupas pelindung luar dan alumunium foilnya, dan kupas pelindung serat kabel, salah satu kabel yang anda potong tadi sambung dengan salah satu serat kabel yang terhubung dengan konektor, dan kabel ground disambung jadi satu, lakukan hal yang sama pada kabel yang satunya lagi. Solder sambungan kabel tadi agar lebih kuat, beri isolator pada masing-masing sambungan serat kabel. Beri selongsong kabel bakar (heatshrink tube) ukuran 10mm, dan panaskan sampai mengerut
Setelah itu lepaskan earpiece headphone, dengan cara tarik ke atas dan lepaskan earbuds-nya, caranya, ditarik di pinggir-pinggirnya dan anda akan melihat 4 buah sekrup kecil, nah lepaskan sekrup-sekrup tersebut. Sebelumnya tandai earpiece L dan R dan kabel L dan R, jangan sampai terbalik!!
setelah sekrup dilepas. Lepaskan kabel dari speaker dengan solder
dan pasang kabel yang baru ke speakernya, caranya: beri timah secukupnya pada kawat kabel yang akan disolder, beri juga sedikit timah pada kedua terminal speaker, letakkan kabel yg sudah disolder tadi ke terminal dan tekan dengan solder hingga timah meleleh, lepaskan dan tunggu sebentar, dan kabel sudah menempel. Ingat, jangan sampai terbalik memasang kutub-kutub terminal, efeknya akan mengurangi kualitas suara, terutama pada nada rendah
Lakukan hal yang sama untuk earpiece satunya lagi.

Lakukan pengecekan dengan memberi input pada headphone, jika sudah oke, pasang kembali sekrup dan earbuds-nya. Pada saat memasang earbuds, pastikan benar-benar rapat dengan cara tekan bagian dalamnya secara memutar hingga bebunyi "klik", jika tidak, nada bass jadi korbannya


Pasang earpiece kembali dan siap dinikmati :D


Review singkat setelah re-cabling:
dengan lagu Michael Bubble - Home, FLAC 24MB, setting EQ flat: vocal jadi lebih tebal, treble jadi lebih lembut, bass sudah tidak over lagi (perlu diketahui, sennheiser HD-202 ini terkenal dengan bassnya yang kuat, jadi treble kalah dengan dentuman bassnya) soudstage jadi meningkat. Overall sudah cukup memuaskan, dengan modal kurang lebih 50 ribu rupiah, waktu dan kesabaran....

Semoga berhasil ^_^

Amplifier 20W Gainclone LM1875

Sabtu, 29 Maret 2014 0 komentar



Sebenarnya saya udah pingin punya chip amp legendaris ini, tapi baru keturutan minggu lalu, karena di kota tempat saya tinggal nggak ada yang jual. Beberapa waktu yang lalu saya sempat jalan-jalan ke Pasar Genteng, Surabaya, nyari IC ini yang ori juga cukup susah, banyak yang palsu (mirip TDA). Dan akhirnya dapet yang ori di toko mah*meru seharga 15.000 per biji (batch: JM05AKE3) beberapa komponen pendukung lainnya juga dapet dari sono.

Perlu diperhatikan bahwa LM1875 yang asli memiliki bentuk body kotak, memiliki tanda pin 1, tulisan "LM1875T", logo national semikonduktor dan batch sejajar dengan tanda pin 1, jika tidak bisa dipastikan IC tersbut palsu. Apalagi yang ada coakan di kanan-kirinya, bisa dipastikan itu sablonan TDA2050 atau TDA2030


IC amplifier ini sangat didewa-dewakan di beberapa forum audio, karena distorsinya yang luar biasa rendah, hanya 0.015% walaupun dayanya hanya 20W bisa dikatakan "kecil-kecil cabe rawit", yang artinya menghasilkan suara nyaris sempurna. Jika dibandingkan dengan TDA2030, nggak ada apa-apanya. Di salah satu blog yang pernah saya baca menyebutkan "chip amp yang hampir menyamai suara dari ampli tabung"


Skema dari datasheet


komponennya hampir sama dengan TDA2030, hanya R feedback yang bernialai 1k (sebenarnya nilai R3 dan R4 bisa dirubah, sesuai dengan gain yang diinginkan. Jika gain besar output power juga ikutan besar, tapi distorsinya juga besar. Jika terlalu kecil juga akan menyebabkan ampli berosilasi, efeknya hum dan desis)


komponen yang saya gunakan lebih baik daripada proyek sebelumnya, meskipun nggak ada yang audiograde:


Resistor shunt dan penentu gain pakai metal-film generik

Resistor boucheroot carbon film 2W generik
Kapasitor filter dan bocheroot MKM generik
Kapasitor input AUDIOPHILER MKP Bennic FPP 1uF
Elko bypass Rubycon ZL (asli)
Elko feedback Nippon chemicon KME dan SME Panasonic FC
Resistor 22k di bagian input diparalel dengan kapasitor polystyrene 220pF
PCB nyontek punya mas Atma di blognya
Kabel input Canare L2B2AT, jack RCA Monster dan jack 3,5mm Yongsheng NYS231BC

Power Supply:

Elko power supply Nichicon RS 4 x 4700uF 25V (kayaknya palsu semua) Nippon Chemicon KMG 3300µF 50V, ori tentunya
Power supply snubberized dengan R bledder
Dioda 1N5402 Bridge 10A
Trafo custom 2x18V @ 2.5A







untuk kandangnya, gainclone pertama saya ini meggusur TDA2030 dari singgasananya :D






Upgrade 1 Juli 2014
Alhamdulilah, akhirnya keturutan juga pakai komponen audiograde, ngabuburit jadi makin mengasyikkan dengan mengganti komponen yang lama dengan komponen audiograde, semuanya saya beli dari langsung jadi elektronik, punya pak Alex


Komponen upgrade

Komponen upgrade:
elko PSU: 3x nippon-chemicon 3300µF 50V
Kapasitor snubber dan bypass PSU: Wima MKS-2 100nF 63V
Kapasitor polystyrene 220pF
Kapasitor input Bennic FPP
elco feedback Panasonic FC 47µF 35V


Blok amplifier
Blok PSU, snubberized dengan R bleeder (jangan ditiru penempatan R bleeder seprti diatas, jadinya dioda bridge kepanasan) Input AC dioda diberi kapasitor 100nF 275V X2 rated (cabutan PSU DVD player) untuk memperhalus saat switching arus AC
Layout gainclone kebanggaanku
Tak hanya manis suaranya, tampilannya pun kian manis dengan mengganti panel depan dengan kayu dilapis politur
Perlu diperhatikan saat memasang kapasitor input bennic, bagian kiri digunakan untuk masukan, dan bagian kanan yang terhubung dengan pin 1 IC LM1875, lebih jelasnya, baca postingan Om Jimmy

Setelah diupgrade dengan part tersebut, hasilnya adalah:
treble lebih crunchy, cocok untuk instrumen gitar akustik, vocal jadi lebih tebal, bass lebih terkendadi (nggak bikin nggeber daun speaker) yang lebih kerasa adalah middle-treble



Untuk hasilnya bisa dilihat di video di bawah ini, suaranya agak mendem, karena saya rekam pakai kamera digital jadul





Membuat Box Bookshelf Speaker

Minggu, 23 Februari 2014 0 komentar
Dengan berbekal pengetahuan yang masih nol tentang box speaker, nyari referensi sono sini, akhirnya nemu juga yang pas.

Bookshelf speker yang saya buat ini menggunakan box jenis sealed, selain lebih mudah dalam mendesainnya bass yang dihasilkan bulat dan bebas boomy. Speaker ini saya kawinkan dengan TDA2030 amplifier yang sudah saya rakit sebelumnya. 

Untuk woofernya saya menggunakan woofer cabutan dari subwoofer speaker multimedia yang sudah rusak, ukurannya 4" dengan impedansi 6" power handlingnya rendah, karena amplifier subwoofer speaker PC tsb hanya menggunakan TEA2025 yang di-BTL, jadi hanya dengan ampli TDA2030 sudah cukup mantap. Tweeter menggunakan ACR 702, memang suaranya nyelekit, tapi masih bisa disiasati :D

Volume dan Ukuran box
Grafik ini saya dapat dari solfegio forum ini bisa jadi referensi jika anda menggunakan woofer 4" keatas
Jadi untuk woofer 4" volumenya sekitar 5 literan, untuk ukurannya saya buat tinggi: 20cm, panjang ke belakang: 17cm, lebar depan: 15cm ukuran ini hanyalah volume dalam box. Ini menghasilkan volume 5,1 liter, kayaknya sih kegedean, karena di dalam box juga akan dipasang bracing (penyangga). 

Pemilihan bahan 
Saya menggunakan plywood setebal 8mm, kalo ada MDF hasilnya akan lebih bagus. 

Pemotongan bagian
untuk pemotongan masing-masing bagian, di tepi-tepi bagian ditambah 8mm dan buat coakan untuk memudahkan saat dilem, jadi tidak membutuhkan alat pengepres lagi
potong plywood dengan ukuran 15cm x 17cm, dan beri lubang di tengahnya, jaraknya 1 inchi, inilah yang akan kita gunakan untuk bracing


untuk melubangi tempat speker, saya menggunakan pahat, karena nggak punya jigsaw :P

Pengeleman
Setelah semua bagian dipotong, dilanjutkan dengan proses pengeleman. Untuk lemnya saya menggunakan lem kayu dicampur serbuk gergaji, lem campuran ini mempunyai daya rekat yang lebih kuat dibandingkan lem kayu biasa. Pengeleman harus rata untuk menghindari distorsi yang tidak kita inginkan akibat lem yang kurang kuat, jadinya lem tidak kuat menahan getaran dari woofer




bracing dipasang di antara posisi woofer dan tweeter, jadi dikira-kira saja dan tidak menutupi lubang sekrup woofer atau tweeter. Tutup bagian belakang jangan dipasang dulu, karena box harus dipasang damping material

Damping stuff
Penambahan material penyerap bunyi ini bertujuan menghilangakan gaungan bass. Umumnya menggunakan glass wool atau rockwool cotton. Mumpung ada spons bekas yang banyak, jadi pakai spons bekas saja :D. Sebenarnya ada hitungan matematisnya untuk menentukan volume damping material ini, tapi saya belum nemu referensinya jadi bisa dikira-kira. Kalau bass-nya menggema, bisa ditambah dampingnya, dan kalau bass-nya terlalu ngempos, dampingnya dikurangi

Setelah selesai dengan damping, tutup belakang bisa dipasang, jangan lupa binding post-nya juga dipasang


Sampai proses ini, kurang lebih hasilnya seperti ini, tinggal proses finishing
Finishing 
Gunakan dempul kayu atau plamir kayu untuk meratakan sambungan-sambungannya. Setelah kering jangan lupa untuk menghaluskannya dengan ampelas
Setelah diampelas, box dicat dengan cat dasar atau cat menie
Setelah kering bisa dicat, saya menggunkana cat semprot kaleng

Pasang x-over, woofer dan tweeter, speaker anda siap berdendang :D

Tweaking
Speaker yang saya rakit ini tidak saya pasang x-over, (maklum lagi bokek :-P) hanya saya pasang elco dan L-Pad, disebut demikian karena konfigurasi resistor yang seperti huruf "L" bisa pake calcuatornya. Karena pake ukuran tersebut suara tweeter masih nyelekit, R1 saya ganti 22 ohm 5W



Sebelum L-pad saya pasang elco 4,7uF 50V, sebenarnya not recomended (karena di tempat saya gak ada yang jual MKP atau elco BP), harusnya pake kapasitor BP atau MKP. Kemudian diseri dengan resistor 22 ohm 5W, dan resistor 2R2 2W diparalel dengan tweeter. Hasilnya treble gemerincing gak nyelekit. Hidup speaker murmer...!!!

Uji dengar
Disandingkan dengan ampli TDA2030, speaker ini menghasilkan bass yang cukup baik, bulat dan gak boomy. Beberapa lagu hip-hop dan R&B memang agak jelek respon bass-nya, tapi untuk musik dangdut bass-nya YAHUDD...!!!
untuk movie juga lumayan, vocal bisa menonjol gak kayak simbokde

Memang, box tipe sealed ini lebih cocok untuk speaker monitor atau speaker satelit, karena memiliki respon mid jauh lebih baik daripada vented. Jika menginginkan respon bass yang mantap, ampli yang digunakan harus memiliki daya besar. Bass yang dihasilkan pun cukup tight dan bebas boomy, karena tidak terpengaruh suara bass dari bass port

Referensi
Membangun DIY Bookshelf Speaker ala Yuda (TS: Ady M)
DIY HiFi Bookshelf Speakers (Studio Reference)